Jumat, 02 Maret 2012

KONSEP DAN FAKTOR PEMBENTUK TANAH


KEGIATAN 1
Kalian sebelumnya telah mempelajari tentang “Hidrosfer” (lapisan air). Materi lanjutannya adalah tentang “Pedosfer”. Istilah ini mungkin baru Kalian dengar, tapi dengan semangat dan motivasi yang tinggi, Kalian dapat memahami konsep-konsep Pedosfer. Selamat Belajar, sukses selalu!!!^^

A.    Konsep Tanah dan Lahan
Kalian mungkin bertanya apa hubungan Pedosfer dengan tanah dan lahan? Pedosfer atau tanah adalah lapisan kulit bumi yang tipis terletak di bagian paling atas permukaan bumi. Lalu apa bedanya tanah dengan lahan? Selama ini orang awam beranggapan tanah sama pengertiannya dengan lahan. Padahal menurut konsep Geografi tanah dengan lahan memiliki perbedaan yang mendasar.
Gambar 1. Tanah
 
Tanah dalam Bahasa Inggris disebut soil, menurut Dokuchaev: tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi.
Gambar 2. Lahan

Sedangkan lahan Bahasa Inggrisnya disebut land, lahan merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Yang dimaksud dengan lingkungan fisis meliputi relief atau topografi, tanah, air, iklim. Sedangkan lingkungan biotik meliputi tumbuhan, hewan, dan manusia. Jadi kesimpulannya pengertian lahan lebih luas daripada tanah.  Bagaimana, apakah Kalian telah mengetahui perbedaan tanah dengan lahan!  Coba tuliskan kesimpulanmu pada kertas tersendiri! Sekarang marilah kita pelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah.

B.     Faktor-faktor Pembentuk Tanah
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan dengan rumus sebagai berikut:
T  =  f (i, o, b, t, w)
keterangan:
T = tanah b = bahan induk
 f = faktor t = topografi
 I = iklim w = waktu
 o = organism
Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1.      Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada dua, yaitu suhu dan curah hujan.
a.       Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula.perhatikan ilustrasi berikut.
Gambar 3. Pengaruh iklim terhadap permbentukan tanah
b.      Curah hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).

2.      Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
a.       Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.
Gambar 4. Pelapukan fisik oleh unsur cuaca (Suhu)
 b.      Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
c.       Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
d.      Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsur- unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.

3.      Bahan Induk
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. 
Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. 
Gambar 5. COntoh Batuan induk
 Susunan kimia dan mineral bahan induk akan mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi diatasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula sehingga dapat menghindari pencucian asam silikat dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu.  Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah
.
4.      Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a.       Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
Gambar 6. Semakin Miring wilayah Semakin tipis solum tanahnya

b.      Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
5.      Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.
Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Untuk jelasnya lihat gambar berikut
Gambar 7. Tingkat-tingkat perkembangan tanah
 
Penjelasan
-Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol.
-Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol.
-Tanah Tua  proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Jika sudah membentuk tanah yang lengkap akan terbentuk horizon-horizon tanah.
Horison tanah atau disebut juga lapisan tanah bisa kita lihat dengan membuat profil tanah. Profil tanah itu sendiri dapat dibuat dengan menggali tanah yang ukurannya sekitar satu meter persegi sampai kedalaman tertentu, sesuai ketebalan tanah dan tingkat kebutuhan analisis yang akan dilakukan.
Gambar 8 Profil tanah

Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesuburan, porositas, kelembapan, serta kandungan mineral unsur hara. Horison tanah akan memberikan gambaran jelas mengenai kondisi fisika dan kimia tanah tersebut dengan melihat struktur yang terdapat di dalamnya. Intinya, ada lima horison tanah utama pada suatu tanah yang dilihat dari profil tanah.
1. Horison O
Lapisan ini adalah lapisan organik dengan ketebalan hanya beberapa sentimeter dari permukaan. Lapisan organik ini sangat kaya akan humus yang dapat menyuburkan tanah. Horison tanah ini mempunyai ciri khas, yaitu sebagai berikut.
  • Memiliki warna gelap, dari cokelat sampai kehitam-hitaman.
  • Terdiri dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti daun yang telah membusuk atau ranting-ranting.
2. Horison A
Lapisan ini merupakan lapisan tanah bagian atas atau disebut juga top soil. Memiliki rata-rata ketebalan antara 20-35 cm. Horison A masih relatif subur jika dibandingkan dengan lapisan-lapisan lain yang berada di bawahnya.
Horison A ini sering juga dinamakan zona eluviasi, yaitu wilayah pencucian partikel-partikel tanah oleh air hujan. Terutama, partikel liat yang butirannya sangat halus dan partikel debu.
3. Horison B
Horison B sering juga disebut subsoil. Merupakan lapisan zone iluviasi yaitu tempat pengendapan partikel tanah yang mengalami pencucian dan terlarut dalam air dari horison A. lapisan subsoil ini ditandai oleh warnanya yang lebih terang.
Hal ini disebabkan karena horison ini bahan-bahan organiknya sangat kurang. Bahkan, tidak ada. Itulah sebabnya mengapa horison B ini merupakan lapisan tanah yang rendah tingkat kesuburannya.
4. Horison C
Lapisan ini disebut juga zone regolit, yaitu lapisan batuan dasar yang sudah mulai mengalami proses penghancuran dan pelapukan. Lapisan ini sudah tidak memiliki kesuburan lagi karena belum menghasilkan bahan-bahan organik yang didapatkan melalui proses pelapukan.
5. Horison D
Ini adalah lapisan dasar dari horison tanah. Terdiri dari lapisan batuan dasar yang masih pejal dan utuh karena belum mengalami proses-proses pelapukan sama sekali. Lapisan ini tentunya tidak memiliki kesuburan karena dari segi struktur masih merupakan benda padat yang tidak memiliki bahan organik sedikit pun. Batuannya masih keras dan berbentuk padat.


Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1000 – 10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Secara ringkas faktor-faktor pembentuk tanah digambarkan seperti berikut:
,/tr>
Gambar 9. Faktor-faktor pembentuk Tanah
  Agar kalian lebih memahami uraian materi tersebut, kerjakanlah latihan soal berikut!
Buka Link KELAS GEOGRAFI X E-Learning http://180.247.254.168/smau_elearning/
 
DAFTAR PUSTAKA
Juarti. 1999. Konservasi Tanah dan Air. Pusat pengembangan penataran guru  IPS dan PMP Malang. Tidak dterbitkan.
Utomo, Dwiyono, Hari. 2007. Geografi Tanah. Diktat mata kuliah geografi tanah. Jurusan geografi. FIS-UM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar